Postingan

Aku melihat Tuhan dari wajah seorang Jejaka

Tentang AKU !!! Ragu, Takut, Butuh, Ingin, Rasa, Cinta, Klise, Bayangan, Sakit, Patah Hati, Trauma, Khayalan, Hancur, Tuhan, Tangis, Air Mata, Rindu, Sayang, Genggaman, Kehangatan, Masa Depan, Iman, Kepercayaan, Pengorbanan, Pria dan Wanita, Kau dan Aku, Aku dan Kalian, Kau dan Kami, Mati dan Akhirat. *** Kemarin aku melihat nafsu sebagai kebutuhan. Kemarin aku melihat nikmat sebagai kebahagiaan. Kemarin aku melihat manusia sebagai musuh. Kemarin aku melihat mimpi sebagai khayal yang semu. Kemarin aku melihat langit selalu berwarna kelabu. Kemarin aku melihat jejak kesia-siaan yg tertinggal disetiap langkah. Kemarin aku melihat tawa sebagai topeng. Kemaren aku melihat obrolan sebagai bentuk kekecewaan.  Namun, ketika kejenuhin menghampiri setiap hembusan nafas. Dan oksigen terasa seperti nitrogen yang membekukan hati. Aku terhempas dalam kenyataan. Aku sungguh Kesepian. Aku sungguh terjebak dalam kepura-puraan yang mendalam. Aku berpura-pura kuat, berusaha menyakinkan diri “I ca

Fenomena Is You

Masih ingatkah kamu tentang gerhana bulan Penumbra yang terjadi pada 23 Maret 2016 lalu? Atau tentang Blue Moon yang diperkirakan akan muncul pada 21 Mei 2016 mendatang. Selain itu juga ada Hello Matahari, Crop Circle, Api Abadi di Jawa Tengah, Salju Abadi di Jayawijaya, Seruling Laut di pantai Klayar dan banyak lainnya. Inilah yang disebut dengan fenomena kawan. Fenomena secara harfiah  merupakan   hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah seperti fenomena alam yang pernah terjadi di Indonesia.  Fenomena juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang  luar biasa  sesuai dengan fakta dan kenyataan. Dan taukah kamu, apa pula yang dimaksud dengan fenomena sosial? Fenomena sosial   dapat didefenisikan sebagai   kondisi dimana kita menganggap segala hal yang kita alami dan jalani adalah sebuah kebenaran absolut. Padahal sebenarnya, hal itu hanyalah sebuah kebenaran semu yang dibuat melalui simulasi simbol-simbol, kode-kode yang di

Dandelion Diseberang Ilalang

Lila, apa kabarmu? Masihkah kau berjalan seperti dulu? Memakai jaket coklat itu dan memegang saku celana sebelah kananmu? Masihkah kau dengan rambut klimis sebahu dan kumis tipis diatas bibirmu? Masihkah kau sering memanggil merpati merpati biru? Masihkah? Januari lila, aku sudah dibulan ini lagi. Biarkan aku berbicara kali ini. Meski tanpa kau, meski tanpa spekulasimu, meski tanpa cemberutmu ketikaku berpura pura mengalah. Kemarin, sebelum januari tepat berada dihariku. Aku pergi ketempat kita sering bercengkrama dulu. Seakanku melihatmu. Disana masih ada dandelion kesukaanmu, masih putih seperti biasanya. Sedang apa kau saat itu, pikirku. Aku memetik sebatang dandelion, memejamkan mata dan menghembuskannya ke udara sembari mengingat setahun yg lalu. Ya, setahun lalu lila, setelah malam itu. Setelah kau sambarkan petir ditelingaku, setelah aku benar² menaruh hati ini padamu, setelah kata-kata manismu yg mmbuatku beraurora. "Zayya, kita udahan aja ya..." Seandainya

Mati Dalam Rasa

Aku terduduk bersama kegelapan Diruang kosong ini, aku menikmati rintik hujan Bersama secangkir racun tikus dan obat magh Bercumbu dengan sayup angin dri kipas anginku Berusaha memejamkan mata Tak ada kau, tak ada kita Hanya aku dan alunan suara ellie goulding "How long will i love u" "How long wiil i want u" Nyanyian romantis sang pujangga cinta Konyol Tapi aku menikmati Berpura pura ada kita Berpura pura seolah berbisik Berpura pura percaya Hahahaha Seakan aku berteriak Namun aliran sungai kecil ini Bak matador Membentuk riak kecil d ujung senja Tak kah ku mengerti? Racun tikus ini masih ada d sampingku Menunggu iya atau tidak Brsorak memaki dgn tertawa "How long will i need u"

KALAH

Bila waktu telah menuntutku untuk segera beranjak, apa yang harus aku lakukan pada kaki kotor tak terbasuh ini? Bila ego telah memaksaku untuk berteriak, mengapa bibir selalu menjadi sumber masalah. Aku mengerti apa yang diingin hati, namun sulit bagiku untuk memahami molekul ambisi yg menguasai otak. Mengapa gelisah menjadi serentetan mozaik yang membuatku benci? Tak seorangpun paham, kesendirian merupakan wujud kecewa paling mutlak. Menyalahi keputusan, meludahi angan yang terbang mengambang, pura pura buta namun merangkak pelan dengan mata tak berkedip. Pergi...., berusaha lari dari tanggung jawab yang menghantui. Sesungguhnya Aku harus apa? Haruskah aku hanya duduk manis dan berusaha menikmati kopiku. Pura pura lupa, pura pura tidak terjadi apa apa. "Mereka" bilang aku seharusnya tenang, seharusnya hanya mengikuti angin hingga jatuh. Tak perlu pusing memikirkan dari mana angin berhembus. Cukup mengikuti cukup mematuhi... Tapi, "mereka" tidak mengerti. S

Kisah

Perempuan itu, cantik. Rambut hitam, panjang, kemilau. Bodi bagus dengan lesung pipit yang menawan. Tertawa manja bersama pria-pria luar biasa. Merangkul dengan mesra, bersenda gurau. Siapa dia? Berlagak bagai sang putri dengan sepatu kacanya.... Namun tetap terlihat sama saja, seperti perempuan lainnya.  Diseberang meja. Duduk gadis lainnya...., termenung sendiri. Dia tak seindah gadis di seberang mejanya. Menatap kosong sigadis cantik. Merimajinasi dengan liar seolah ada yang menemaninya tertawa. Terdiam membisu, seakan tiada yang memperhatikan. Sedangkan dibelakangnya, pria berkaca mata itu tak berkedip. Menyaksikan cara bermain segadis cantik. Dan berusaha mnjadi teman imajinasi gadis di depan mejanya. Kisah.... Banyak yang terjadi dalam satu dimensi waktu yang sama. Banyak imajinasi yang tercipta. Tertawa, termenung, memperhatikan, sedih, menangis. Hanya sebagai bukti bahwa apa yang terjadi itu adalah keabsahan dari kenyataan. Sehingga, sulit untuk menafsirkan fakta nyata

Siapa Aku...?

Banyak hal terkadang tak prlu diucapkan Banyak tingkah laku yg terkadang tak perlu untuk dilakukan Ap yg mereka anggap suatu dosa Sbnarnya adlah suatu fakta Dmna rasa sbnarnya tak bsa dbohongi Aku mngangkat gelas ini Aku juga rasakan gtaran emosi d tenggorakanku Ap yg sbnarnya tak ku sadar Mmpengaruhi kputusanku d hari esok Aku tidak suka Ya... Aku tdak terima Ya... Menggapai kenyataan yg hnya aku yg tau Mraih mimpi buruk yg sbnarnya aku ingin Mengapa? Aku tdk tau Aku hnya bisa trduduk Menikmati? Tidak Hnya brusaha menerima, bahwa aku tk prnah ad ap apnya Ketika lmpion biru mengingatkanku akan rasa tdk suka Dsaat yg sama aku menggerutu Siapa aku? Yg punya hak untuk mmbenci Huffff Dan ternyata aku Masih bukan apa apa