KALAH

Bila waktu telah menuntutku untuk segera beranjak, apa yang harus aku lakukan pada kaki kotor tak terbasuh ini?
Bila ego telah memaksaku untuk berteriak, mengapa bibir selalu menjadi sumber masalah.

Aku mengerti apa yang diingin hati, namun sulit bagiku untuk memahami molekul ambisi yg menguasai otak. Mengapa gelisah menjadi serentetan mozaik yang membuatku benci?

Tak seorangpun paham, kesendirian merupakan wujud kecewa paling mutlak. Menyalahi keputusan, meludahi angan yang terbang mengambang, pura pura buta namun merangkak pelan dengan mata tak berkedip. Pergi...., berusaha lari dari tanggung jawab yang menghantui.

Sesungguhnya Aku harus apa? Haruskah aku hanya duduk manis dan berusaha menikmati kopiku. Pura pura lupa, pura pura tidak terjadi apa apa. "Mereka" bilang aku seharusnya tenang, seharusnya hanya mengikuti angin hingga jatuh. Tak perlu pusing memikirkan dari mana angin berhembus. Cukup mengikuti cukup mematuhi...

Tapi, "mereka" tidak mengerti. Semakin aku mengikuti semakin aku tertinggal, semakin aku mematuhi semakin aku terjerat akan sanksi. Tubuhku mungkin saja terbang, namun sayapku tidak siap untuk menukik.

Terkadang, aku berusaha menjadi seperti apa yang "mereka" mau. Aku berhasil..., tapi ku tak menemukan bayanganku dicermin. Aku tak menemukan aku, hingga waktu memaksaku kembali untuk beranjak.

Aku bisa saja mengulangnya dari angka nol, namun huruf Z itu tetap tak bergeming. Aku juga tidak harus lari dan berpura pura namun gelisah itu selalu mengejar.

Apa yang menjadikan aku, yang terdampar dalam imajinasi yg terlalu imajiner. Yang mengiringku pada kenyataan. Bahwa aku KALAH, dan aku kini Sendiri...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion Diseberang Ilalang

Aku melihat Tuhan dari wajah seorang Jejaka

Siapa Aku...?